Ayah pebulutangkis Marcus Fernaldi Gideon, Kurniahu Gideon, bukanlah sosok sembarangan. Kurniahu adalah salah satu pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang satu generasi dengan dua tunggal putra terbaik Indonesia, Liem Swie King dan Rudi Hartono. Salah satu prestasi terbesarnya yaitu menjadi pebulutangkis ranking tujuh (7) dunia kategori tunggal putra pada tahun 1981.
"Saya pernah juara Indonesia. Final di Dutch Open tapi waktu itu kalah, terus final di Thailand Open. Di Jepang kemudian nomor (peringkat) tiga, waktu itu yang juara Rudi Hartono. Juara di Brunei, juara Merdeka Games. Itu saya juara juara gitu lumayan. Bisa ranking 7 dunia itu kan lumayan," kenang pria berusia 62 tahun itu. Selama karier profesionalnya, total Kurniahu telah mengikuti ajang Yonex All England sebanyak tiga kali. Belum beruntung, Kurniahu justru menelan kekalahan beruntun dalam tiga kesempatan mengikuti ajang bulutangkis dunia paling bergengsi tersebut.
"Tapi tiap All England itu saya kalah terus. Tiga kali saya All England kalah terus. Jadi melalui Marcus terobati lah," tutur Kurniahu. Kurniahu menceritakan, salah satu hambatan terbesarnya tiap kali mengikuti ajang Yonex All England yaitu kondisi yang sudah tidak fit. Itu dikarenakan ada mekanisme di mana para pemain Indonesia, yang ingin berlaga di Yonex All England, harus mengikuti tahapan seleksi di dalam negeri.
Seleksi dalam negeri saat itu selalu berlangsung ketat. Para pebulutangkis Indonesia harus saling gempur dan mengerahkan performa terbaik, lantaran hanya juara satu dan dua yang akan dikirim ke Yonex All England. "Dulu mau ke All England seleksi dulu di dalam negeri. Memang sudah capek mungkin, gempur gempuran di interen. Kita seleksi, juara satu dan dua itu baru diberangkatkan All England," ujar pria kelahiran Surabaya tersebut.
"Kita gempur gempuran dulu di dalam, abis itu ke All England kan sudah loyo juga. Sudah banyak tenaga terkuras (kurang fit). Semua sih kepingin juara, tapi kan lawannya itu lumayan lumayan," sambung Kurniahu. Kurniahu sekaligus mengungkapkan bahwa ada dua pebulutangkis yang tidak perlu mengikuti tahapan seleksi untuk bisa berlaga di Yonex All England. Dua pebulutangkis itu tak lain Liem Swie King dan Rudi Hartono, dua tunggal putra terbaik Indonesia.
"Prioritas mungkin Rudi Hartono, Liem Swie King, itu mereka bebas seleksi (untuk berlaga di Yonex All England)," kata Kurniahu.